Loncat ke konten
02_Elemen/Ikon/PanahKiri Kembali ke Wawasan
Wawasan > FMCG & ritel

Berpacu Melawan COVID-19: Mengupas Lebih Dalam Bagaimana Konsumen Indonesia Bereaksi Terhadap Virus

4 menit dibaca | April 2020

Pandemi virus corona baru (COVID-19) yang melanda seluruh dunia telah menyebabkan perubahan signifikan dalam kehidupan masyarakat. Investigasi Nielsen telah mengidentifikasi enam ambang batas yang melacak tren perilaku konsumen di seluruh dunia yang terkena dampak virus ini. Meskipun Indonesia merupakan salah satu negara terakhir di Asia yang mengkonfirmasi adanya infeksi COVID-19 pada awal Maret, kasusnya terus meningkat dan Indonesia telah bergabung dengan banyak pasar lain di seluruh dunia pada level 5, Restricted Living. Karena kekhawatiran seputar virus dan pembatasan hidup, masyarakat Indonesia menyesuaikan kebiasaan media dan konsumen mereka.

Dalam studi Nielsen baru-baru ini, 82% responden - sebagian besar dari kalangan kelas atas - mengatakan bahwa mereka mengetahui tentang COVID-19 pada awal Februari 2020. Setelah pengumuman Presiden Joko Widodo tentang kasus COVID-19 pertama pada 2 Maret, 61% responden memeriksa berita terkait COVID-19 beberapa kali setiap hari melalui berbagai saluran media.

Studi ini menemukan bahwa media sosial (80%), berita TV (77%), dan mesin pencari online (56%) merupakan sumber informasi yang paling banyak diakses oleh konsumen untuk mendapatkan informasi terbaru tentang COVID-19.

Perilaku-Konsumen-Dalam-Mencari-Pembaruan-COVID-19

Menyusul kebijakan tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran COVID-19, 30% responden berencana untuk berbelanja online lebih sering. Hal ini juga memengaruhi jumlah penonton TV, dengan peningkatan rating dari 2,6% pada tanggal 8 Maret menjadi 13,6% pada tanggal 15 Maret. Peningkatan tertinggi terlihat pada pemirsa yang lebih muda, dengan peningkatan rating sebesar 23% untuk usia 5-9 tahun dan 22% untuk usia 15-19 tahun.

Dampak COVID-19 Terhadap Peringkat TV

Di negara-negara lain di Asia, kita telah melihat munculnya "ekonomi rumahan" karena konsumen tinggal di rumah karena kekhawatiran akan virus dan mengalihkan pengeluaran mereka untuk memenuhi gaya hidup baru ini. Di Indonesia, 50% konsumen telah mengurangi hiburan di luar rumah, dan 46% mengurangi makan di luar. Di sisi lain, 49% konsumen lebih sering memasak di rumah, dan hal ini mendorong pertumbuhan penjualan bahan makanan pokok dan produk segar, seperti telur (+26), daging (+19%), unggas (+25%), serta buah dan sayuran (+8%).

Konsumen-Cenderung-Memasak-Di-Rumah

Untuk mempersiapkan diri menghadapi masa-masa tinggal di rumah, konsumen di seluruh dunia telah membeli produk serupa sebagai bagian dari persiapan dapur mereka. Di Indonesia, banyak pembeli yang beralih ke gerai-gerai Modern Trade untuk persiapan dapur mereka, meskipun ada beberapa perbedaan di seluruh segmen konsumen dan wilayah. Dalam skala nasional, konsumen Kelas Atas lebih banyak berbelanja di Hypermarket/Supermarket dibandingkan konsumen lainnya. Sementara itu, tren di Jabodetabek berbeda, di mana tidak hanya konsumen kelas atas, tetapi juga konsumen kelas menengah dan bawah lebih banyak berbelanja di Hypermarket/Supermarket.

Selain persediaan bahan makanan, kesehatan dan kebersihan juga menjadi perhatian utama konsumen di tengah pandemi saat ini. Dan studi awal dari China menunjukkan bahwa kesehatan kemungkinan akan terus menjadi perhatian utama seiring dengan melambatnya tingkat infeksi dan Indonesia memasuki masa normal baru. Sebanyak 44% responden mengaku bahwa mereka lebih sering mengonsumsi produk kesehatan, dan 37% yang mengaku lebih sering mengonsumsi minuman vitamin. Para pemain industri vitamin dan farmasi menangkap peluang ini dan meningkatkan anggaran iklan mereka di TV. Belanja iklan vitamin meningkat 14% dan mencapai lebih dari Rp90 Miliar, sedangkan belanja iklan obat batuk meningkat 22%, mencapai lebih dari Rp30 Miliar.

Bagi para peritel, situasi saat ini dapat menciptakan peluang untuk menjaga bisnis mereka tetap berjalan dan pada saat yang sama membantu menyediakan apa yang dibutuhkan konsumen selama masa tinggal di rumah. Supermarket dan hypermarket memiliki peluang terutama dari konsumen SES atas dan menengah, yang mungkin mencari stok yang cukup dan lebih banyak alternatif produk dengan tidak adanya barang yang biasanya mereka sukai. Sementara itu, Minimarket adalah pilihan yang lebih disukai oleh semua SES karena lokasinya yang dekat, yang membantu konsumen untuk menghindari kerumunan besar dan menggunakan transportasi umum. 

Hal terpenting yang perlu dilakukan oleh peritel adalah memonitor alokasi stok mereka karena ada risiko pada jalur distribusi. Layanan pesan antar dengan metode pemesanan yang sederhana dan akses yang mudah bagi konsumen, serta memanfaatkan komunikasi omnichannel, termasuk TV, internet, media sosial, aplikasi pesan dan chatting, akan membantu pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Baca dalam Bahasa Indonesia.

Metodologi

Sumber-sumber termasuk Nielsen Consumer Study (7-10 Mar 2020), Nielsen Scantrack (Jan-Mar 2020 vs Jan-Mar 2019), Nielsen Home Panel (Jan-Mar 2020 vs Jan-Mar 2019), Nielsen TV Audience Measurement (1-18 Mar 2020), Nielsen Ad Intelligence (1-18 Mar 2020).

Ketahui lebih lanjut dari liputan lengkap COVID-19 kami.

Lanjutkan menelusuri wawasan serupa